Kamis, 29 April 2010

Dibalik Dihentikannya KA Parahyangan


Saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang menyayangkan dihentikannya KA Parahyangan. Bukan karena merasa kehilangan, tetapi karena saya melihat ada sesuatu di balik semua ini.


Salah satu alasan terkuat penutupan layanan kereta itu adalah PT KA merugi di rute tersebut. KA Parahyangan yang tersohor selama beberapa dekade telah habis-habisan dilibas angkutan travel yang merajai Jalan Tol Jakarta-Cikampek-Bandung. KA Parahyangan pun kehilangan penumpangnya. Kereta itu hilir-mudik dengan sedikit penumpang, seolah kereta hantu. (Kompas, 22 April 2010)


Bahkan Taufik Hidayat, pengamat kereta api, mengatakan "Kenapa ada yang menolak penutupan Parahyangan? Ditutup saja kalau merugi!"


Memang benar pengoperasian kereta api tidak boleh melupakan sisi komersial. Akan tetapi, menurut saya kurang arif kiranya jika penutupan ini hanya merupakan strategi perusahaan tanpa memperhatihan kepentingan konsumen.


Jumlah penumpang yang kurang menyebabkan biaya operasional tidak tercukupi. Apabila tindakan yang dilakukan adalah menaikkan tarif, sudah tentu company image di mata masyarakat akan jatuh. Berbeda jika yang dilakukan adalah menghentikan operasi, kemudian memunculkannya lagi beberapa waktu kemudian namun dengan nama yang baru, tarif baru, dan kereta yang sama. Masyarakat yang tengah merasa kehilangan akan menyambutnya dengan positif tanpa merasakan kejanggalan.


PT Kereta Api (KA) Persero Daerah Operasi (Daop) II Bandung akan mulai mengoperasikan KA Argo Parahyangan mulai Selasa (27/4). Argo Parahyangan merupakan rangkaian kereta yang menggantikan operasional KA Parahyangan yang sudah berhenti beroperasi Senin kemarin. (Tribun Jabar, 26 April 2010)


.............?????............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar